Bersama kawan2 Muzafa and Duha
Ahad, 4 Disember 2011
Sabtu, 3 Disember 2011
Kami Datang Menyambut SeruanMu-Nov 6, 2011
Khamis, 20 Oktober 2011
Rambutan in can
Syukur dapat merasa rambutan setelah lama tak makan. Enak sekali rasanya!
Bukannya tak biasa tengok kat Carefour BCC Bahrain, tapi harganya tak sampai hati nak beli. Aku rasa "rambatun in can" ini cukup berpatutan harganya. Tapi samada yang segar atau "in can" semuanya made in Thailand.
p.s: Tunggu rambutan in can 1Malaysia.
Ahad, 4 September 2011
Eid Mubarak-Shawal1432H
Selasa, 24 Mei 2011
Hati Yang Ikhlas
Agama Islam yang menjadi pegangan umat manusia pada dasarnya mengungkap makna kepatuhan dan ketundukan secara menyeluruh kepada Allah SWT. Kerangka pengertian ini tidak akan tercapai tanpa dimulai dengan sifat ikhlas--tawakal sepenuhnya ke hadirat Ilahi yang Maha Esa secara mutlak tanpa terselip tujuan atau motif lain yang bersifat duniawi.Bukankah Allah SWT berfirman: ''Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan ikhlas dan teguh. Mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang benar.'' (QS Al-Bayyinah, ayat 5) Dari sudut bahasa, istilah 'ikhlas' berasal dari kata 'khalish' yang berarti murni, suci, bersih, tidak bercampur dengan noda atau yang kotor. Laksana susu yang suci dan bersih dalam perut sapi, tidak bercampur dengan darah dan kotoran.Adapun Imam al-Ghazali menegaskan, ikhlas adalah sidqun niyyah fil 'amal, yaitu niat yang benar ketika melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan kata lain, setiap amal soleh dan kebajikan yang ingin dilakukan semestinya berorientasi karena Allah. Tanpa keikhlasan, semua amal kebajikan yang dilakukan, sangat mudah terkena penyakit hati yang sangat berbahaya yaitu riya dan bangga hati.Orang yang ikhlas adalah manusia yang dilindungi oleh Allah dari penyakit hati tersebut. Rasulullah memberi peringatan kepada umat Islam agar menjauhi hal-hal yang bisa menodai dan mengikis sifat keikhlasan kepada Allah seperti sombong. Sabda Rasulullah SAW: ''Sedikit dari sifat riya itu adalah syirik.Maka, barang siapa yang memusuhi wali-wali Allah niscaya sesungguhnya dia telah memusuhi Allah. Sesungguhnya Allah sangat mengasihi orang yang berbakti dan bertakwa serta yang tidak diketahui orang lain tentang dirinya. Jika mereka tidak ada dan hilang dalam acara apapun, mereka tidak dicari oleh orang lain, dan kalau mereka hadir di situ mereka tidak begitu dikenali oleh orang lain. Hati nurani mereka umpama lampu petunjuk yang akan menyinari mereka hingga mereka keluar dari tempat yang gelap gelita.'' (Hadis riwayat Hakim)Itulah harapan dan impian mereka dengan pengabdian yang penuh tulus dan ikhlas semata-mata karena Allah. Allah berfirman, ''Katakanlah: sesungguhnya solatku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mengatur seluruh alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikianlah aku diperintahkan dan aku (di antara seluruh umatku) adalah orang yang pertama Islam (yang berserah diri kepada Allah dan mematuhi perintah-Nya).'' (QS al-An'am, ayat 162 - 163).Imam al-Ghazali menyatakan, semua manusia sebenarnya celaka, kecuali yang berilmu. Ilmuwan juga celaka, kecuali yang benar-benar mengamalkan ilmunya. Yang disebutkan terakhir ini pun celaka, kecuali yang menghiasi diri mereka dengan sifat ikhlas. Ringkasnya, selama seorang Muslim itu menyerahkan dirinya sepenuh hati kepada Allah dengan penuh keikhlasan, maka selama itulah segala gerak gerik dan diamnya, tidur dan jaganya akan dinilai sebagai satu langkah ikhlas dan tulus menuju keridaan Allah.Tiga ciri ikhlasSeorang yang ikhlas memiliki ciri tersendiri sehingga menjadi lambang keperibadiannya:Pertama, tidak terpengaruh atau termakan oleh pujian dan cercaan orang lain. Bagi mereka segala pujian yang indah atau cercaan yang buruk adalah sama nilainya.Kedua, tidak mengharapkan balasan atau ganjaran dari amal kebajikan yang pernah dilakukan, tetapi dia hanya mengharapkan keridaan Ilahi.Rasulullah SAW bersabda: ''Pada hari kiamat nanti, dunia akan dibawa, kemudian dipisah-pisahkan, apa yang dikerjakan karena Allah dan apa yang dilakukan bukan karena Allah, lalu dicampakkan ke dalam api neraka.'' (Hadits riwayat Baihaqi)Ketiga, orang yang tidak pernah mengungkit-ungkit kembali segala kebaikan yang pernah dilakukan. Artinya, orang yang selalu menyebut tentang kebaikan yang pernah dilakukan, apalagi menghina dan memburuk-burukkan orang yang pernah diberikan bantuan, maka sesungguhnya dia sangat jauh dari golongan orang yang ikhlas. Rasulullah SAW pernah memerintahkan kita agar bersedekah secara diam-diam, jauh dari penglihatan orang banyak. Umpama tangan kanan memberi sedangkan tangan kiri tidak mengetahuinya. Sabda Rasulullah SAW: ''Bahwa sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kamu, tetapi Dia hanya melihat kepada hati kamu.'' (Hadits riwayat Muslim)
(Artikal ini saya petik dari tazco.blogspot.com untuk tatapan rakan2 walau dimana jua berada semoga beroleh manafaat takkala membacanya)
(Artikal ini saya petik dari tazco.blogspot.com untuk tatapan rakan2 walau dimana jua berada semoga beroleh manafaat takkala membacanya)
Isnin, 23 Mei 2011
Pendakian ke Gua Hira'
UMRAH 2011
Allah mengetahui tahap keikhlasan kita
KEIKHLASAN KITA HANYA ALLAH YANG LEBIH MENGETAHUI
Allah mengetahui tahap keikhlasan kitaPosted by: nurjeehan in Al Quran & Tafsir, Hati, Tafakur (Muhasabah), Tazkirah
Oleh DR. ZULKIFLI MOHAMAD ALBAKRI (USIM)
(Artikal ini saya copy dari blog nurjeehan.hadithuna.com untuk tatapan kawan2 yang melayari blog kerdil ini di Bahrain dan dimana jua)
Allah mengetahui tahap keikhlasan kitaPosted by: nurjeehan in Al Quran & Tafsir, Hati, Tafakur (Muhasabah), Tazkirah
Oleh DR. ZULKIFLI MOHAMAD ALBAKRI (USIM)
(Artikal ini saya copy dari blog nurjeehan.hadithuna.com untuk tatapan kawan2 yang melayari blog kerdil ini di Bahrain dan dimana jua)
Ayat tafsiran :
[Al-Baqarah, Ayat : 264]Wahai orang-orang yang beriman! Jangan rosakkan (pahala amal) sedekah kamu dengan menyebut-nyebut dan menyakiti perasaan si penerima seperti orang yang membelanjakan hartanya kerana riak kepada manusia, dan tidak beriman kepada Allah dan hari akhirat. Maka bandingan orang itu ialah batu licin yang ada tanah di atasnya, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu ditinggalkannya bersih licin. Mereka tidak mendapat sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.
[Al-Baqarah, Ayat : 265]Dan bandingan orang yang membelanjakan hartanya kerana mencari keredhaan Allah dan keteguhan (iman) yang timbul dari jiwa mereka, adalah seperti sebuah kebun di tempat yang tinggi, yang ditimpa hujan lebat, lalu mengeluarkan hasilnya dua kali ganda. Kalau tidak ditimpa hujan lebat, maka hujan renyai-renyai pun (cukup untuk menyiraminya). Dan, Allah sentiasa Melihat apa yang kamu lakukan.
[Al-Baqarah, Ayat : 266]Adakah seseorang di antara kamu suka mempunyai sebuah kebun dari pokok tamar dan anggur, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, ia mempunyai dalam kebun itu segala jenis buah-buahan, sedang ia sudah tua dan mempunyai anak cucu yang kecil, lalu kebun itu diserang angin taufan yang membawa api lalu terbakarlah ia? Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu keterangan-keterangan, supaya kamu berfikir (dan mengambil iktibar).
Sheikh Sya’rawi berkata: “Mereka yang seperti batu yang licin yang ada padanya debu kemudian datangnya hujan tanpa meninggalkan sebarang bekas merupakan sifat-sifat bagi siapa yang dikehendaki dengan infak secara riak kepada manusia. Lantas Allah membatalkan balasan untuk mereka dan tidak mentaufikkan ke arah kebaikan dan pahala. “Seterusnya Allah menyebut yang berlawanan dengan sifat di atas iaitu mereka yang menafkahkan semata-mata kepada Allah SWT”.
Firman Allah SWT, Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya kerana mencari keredaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi.
Sayyid Qutub berkata: “Ia menginfakkan harta kerana keyakinannya yang teguh kepada kebajikan, kerana kesedaran yang lahir dari keimanannya dan kerana keimanannya yang bertunjang dengan mendalam di dalam hati nuraninya.
“Jika hati yang keras ditutup dengan tabir riak itu dilambangkan dengan batu licin yang keras yang ditutupi tanah, maka hati yang mukmin itu dilambangkan dengan sebuah kebun yang subur yang mempunyai tanah yang dalam, dibandingkan dengan segenggam tanah di atas batu yang keras tadi, sebuah kebun yang terletak di atas sebuah dataran yang tinggi dibandingkan dengan segenggam tanah di atas batu keras yang licin tadi.
“Ini menjadikan pemandangan itu mempunyai bentuk-bentuk yang selaras. Apabila kebun ini ditimpa hujan lebat, maka ia tidak menghakiskan tanahnya yang subur sebagaimana ia menghakiskan tanah yang tipis di atas batu yang pejal itu. Malah ia menghidupkan tanam-tanamannya dan menyuburkan serta membanyakkan hasilnya”.
Firman Allah SWT: Yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya berlipat ganda. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai).
Al-Nasafi berkata: “Allah SWT umpamakan hal mereka dengan kebun yang disirami air dan nafkah yang banyak dan sedikit dengan hujan yang banyak sebagaimana setiap satu daripada hujan boleh menggandakan hasil tanam begitu juga nafkah mereka yang banyak dan yang sedikit selepas daripada dituntut dengannya keredaan Allah akan bertambah dan baik kesudahannya”.
Melipat ganda, Sayyid Qutub berkata: “Air hujan itu menghidupkan pokok di kebun itu sebagaimana sedekah menghidupkan hati yang mukmin lalu ia menjadi bersih dan bertambah kuat hubungannya dengan Allah, dan hartanya juga turut bersih dan Allah melipat gandakan balasannya seberapa banyak yang ia sukai, dan seterusnya kehidupan kelompok muslimin juga turut menjadi bersih, baik dan berkembang subur dengan sebab infak itu”.
Beliau menambah: “Yakni jika tidak ada hujan yang lebat, maka hujan gerimis yang sedikit cukup untuk tanah kebun yang subur itu. Itulah satu adegan yang sempurna yang memaparkan pemandangan- pemandangan yang bertentangan dan dengan perincian-perincian yang tersusun rapi. Ia dibentangkan dengan cara keselarasan yang melemahkan manusia.
“Ia melambangkan setiap perasaan di dalam hati dan setiap fikiran dengan pemandangan-pemandangan yang jelas. Ia menggambarkan perasaan-perasaan dan pergerakan-pergerakan jiwa dengan keadaan dan pemandangan- pemandangan fizikal yang setanding dengannya. Ia menyarankan ke dalam hati supaya memilih jalan yang betul dengan cara mudah yang terbaik”.
Firman Allah SWT: Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
Al-Nasafi berkata: “Allah melihat segala amalanmu sama ada banyak atau sedikit serta mengetahui niatmu sama ada riak atau ikhlas.
“Oleh sebab dengan ini dari satu aspek yang menjadi tontonan mata kasar dan mata hati dan segala yang disebut di dalamnya juga dikembalikan kepada Allah Yang Maha Melihat dan Mengetahui segala apa yang ada di sebalik segala yang nyata”.
Firman Allah SWT: Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan.
Al-Maghari berkata: “Telah berlangsung sunah al-Quran bahawa menyebut kemuliaan dengan buah dan pohon kurma dengan buahnya kerana setiap sesuatu dari pohon kurma semuanya memberi manfaat kepada kehidupan manusia sama ada daunnya, batangnya, mayangnya, pelepahnya yang boleh digunakan kesemuanya”.
Sayyid Qutub berkata: “Ia sebuah kebun yang teduh, rimbun, subur dan berbuah. Demikianlah juga sifat sedekah dan kesan-kesannya dan beginilah keadaannya dalam hidup si pemberi, dalam hidup si penerima dan dalam hidup masyarakat manusia.
“Demikianlah juga sedekah itu mempunyai roh, bayang yang teduh, kebajikan dan keberkatan, mempunyai makanan dan minuman dan mempunyai kebersihan, kesuburan dan pertambahan.
“Siapakah yang ingin mempunyai kebun atau kebajikan yang seperti ini kemudian ia melepaskan (ribut) perbuatan yang membangkit- bangkitkan pemberian dan perkataan yang menyakitkan hati dan memusnahkan kebajikan itu sebagaimana kebun dimusnahkan oleh ribut yang kencang yang mengandungi api.
“Bilakah kebun itu dimusnahkan? Ia dimusnahkan pada waktu tuannya berada dalam keadaan yang paling lemah untuk menyelamatkannya dan paling berkehendak kepada bayang-bayang yang teduh dan hasilnya yang baik”.
Firman Allah SWT: Kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah.
Ibnu Jauzi berkata, ayat ini menggambarkan perumpamaan Allah dengan sebab kerugian ketika ditarik nikmat ketika keperluan yang amat mendesak.
Orang yang dimaksudkan ini terdapat tiga pandangan ulama :
Pertama: Bahawa ia diumpamakan yang disudahi kehidupannya dengan amalan yang tidak baik seperti kata Ibnu Abbas.
Kedua: Bahawa ia diumpamakan seperti orang yang cuai pada ketaatan kepada Allah sehingga mati. Inilah pendapat Mujahid.
Ketiga: Ia diumpamakan seperti orang yang riak dalam nafkah yang terputus manfaatnya ketika ia amat perlu. Inilah pendapat As-Suddi.
Firman Allah SWT: Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.
Ibnu Kathir berkata: “Supaya kamu mengambil iktibar dan memahami segala perumpamaan dan makna dan kamu menurunkannya mengikut apa yang dikehendakinya”.
Iktibar Ayat :
Perumpamaan untuk mendekatkan kefahaman (tentang keikhlasan).
Infak kerana Allah mendapat ganjaran yang besar.
Mengisbatkan sifat Allah yang Maha Melihat.
[Al-Baqarah, Ayat : 264]Wahai orang-orang yang beriman! Jangan rosakkan (pahala amal) sedekah kamu dengan menyebut-nyebut dan menyakiti perasaan si penerima seperti orang yang membelanjakan hartanya kerana riak kepada manusia, dan tidak beriman kepada Allah dan hari akhirat. Maka bandingan orang itu ialah batu licin yang ada tanah di atasnya, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu ditinggalkannya bersih licin. Mereka tidak mendapat sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.
[Al-Baqarah, Ayat : 265]Dan bandingan orang yang membelanjakan hartanya kerana mencari keredhaan Allah dan keteguhan (iman) yang timbul dari jiwa mereka, adalah seperti sebuah kebun di tempat yang tinggi, yang ditimpa hujan lebat, lalu mengeluarkan hasilnya dua kali ganda. Kalau tidak ditimpa hujan lebat, maka hujan renyai-renyai pun (cukup untuk menyiraminya). Dan, Allah sentiasa Melihat apa yang kamu lakukan.
[Al-Baqarah, Ayat : 266]Adakah seseorang di antara kamu suka mempunyai sebuah kebun dari pokok tamar dan anggur, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, ia mempunyai dalam kebun itu segala jenis buah-buahan, sedang ia sudah tua dan mempunyai anak cucu yang kecil, lalu kebun itu diserang angin taufan yang membawa api lalu terbakarlah ia? Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu keterangan-keterangan, supaya kamu berfikir (dan mengambil iktibar).
Sheikh Sya’rawi berkata: “Mereka yang seperti batu yang licin yang ada padanya debu kemudian datangnya hujan tanpa meninggalkan sebarang bekas merupakan sifat-sifat bagi siapa yang dikehendaki dengan infak secara riak kepada manusia. Lantas Allah membatalkan balasan untuk mereka dan tidak mentaufikkan ke arah kebaikan dan pahala. “Seterusnya Allah menyebut yang berlawanan dengan sifat di atas iaitu mereka yang menafkahkan semata-mata kepada Allah SWT”.
Firman Allah SWT, Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya kerana mencari keredaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi.
Sayyid Qutub berkata: “Ia menginfakkan harta kerana keyakinannya yang teguh kepada kebajikan, kerana kesedaran yang lahir dari keimanannya dan kerana keimanannya yang bertunjang dengan mendalam di dalam hati nuraninya.
“Jika hati yang keras ditutup dengan tabir riak itu dilambangkan dengan batu licin yang keras yang ditutupi tanah, maka hati yang mukmin itu dilambangkan dengan sebuah kebun yang subur yang mempunyai tanah yang dalam, dibandingkan dengan segenggam tanah di atas batu yang keras tadi, sebuah kebun yang terletak di atas sebuah dataran yang tinggi dibandingkan dengan segenggam tanah di atas batu keras yang licin tadi.
“Ini menjadikan pemandangan itu mempunyai bentuk-bentuk yang selaras. Apabila kebun ini ditimpa hujan lebat, maka ia tidak menghakiskan tanahnya yang subur sebagaimana ia menghakiskan tanah yang tipis di atas batu yang pejal itu. Malah ia menghidupkan tanam-tanamannya dan menyuburkan serta membanyakkan hasilnya”.
Firman Allah SWT: Yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya berlipat ganda. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai).
Al-Nasafi berkata: “Allah SWT umpamakan hal mereka dengan kebun yang disirami air dan nafkah yang banyak dan sedikit dengan hujan yang banyak sebagaimana setiap satu daripada hujan boleh menggandakan hasil tanam begitu juga nafkah mereka yang banyak dan yang sedikit selepas daripada dituntut dengannya keredaan Allah akan bertambah dan baik kesudahannya”.
Melipat ganda, Sayyid Qutub berkata: “Air hujan itu menghidupkan pokok di kebun itu sebagaimana sedekah menghidupkan hati yang mukmin lalu ia menjadi bersih dan bertambah kuat hubungannya dengan Allah, dan hartanya juga turut bersih dan Allah melipat gandakan balasannya seberapa banyak yang ia sukai, dan seterusnya kehidupan kelompok muslimin juga turut menjadi bersih, baik dan berkembang subur dengan sebab infak itu”.
Beliau menambah: “Yakni jika tidak ada hujan yang lebat, maka hujan gerimis yang sedikit cukup untuk tanah kebun yang subur itu. Itulah satu adegan yang sempurna yang memaparkan pemandangan- pemandangan yang bertentangan dan dengan perincian-perincian yang tersusun rapi. Ia dibentangkan dengan cara keselarasan yang melemahkan manusia.
“Ia melambangkan setiap perasaan di dalam hati dan setiap fikiran dengan pemandangan-pemandangan yang jelas. Ia menggambarkan perasaan-perasaan dan pergerakan-pergerakan jiwa dengan keadaan dan pemandangan- pemandangan fizikal yang setanding dengannya. Ia menyarankan ke dalam hati supaya memilih jalan yang betul dengan cara mudah yang terbaik”.
Firman Allah SWT: Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
Al-Nasafi berkata: “Allah melihat segala amalanmu sama ada banyak atau sedikit serta mengetahui niatmu sama ada riak atau ikhlas.
“Oleh sebab dengan ini dari satu aspek yang menjadi tontonan mata kasar dan mata hati dan segala yang disebut di dalamnya juga dikembalikan kepada Allah Yang Maha Melihat dan Mengetahui segala apa yang ada di sebalik segala yang nyata”.
Firman Allah SWT: Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan.
Al-Maghari berkata: “Telah berlangsung sunah al-Quran bahawa menyebut kemuliaan dengan buah dan pohon kurma dengan buahnya kerana setiap sesuatu dari pohon kurma semuanya memberi manfaat kepada kehidupan manusia sama ada daunnya, batangnya, mayangnya, pelepahnya yang boleh digunakan kesemuanya”.
Sayyid Qutub berkata: “Ia sebuah kebun yang teduh, rimbun, subur dan berbuah. Demikianlah juga sifat sedekah dan kesan-kesannya dan beginilah keadaannya dalam hidup si pemberi, dalam hidup si penerima dan dalam hidup masyarakat manusia.
“Demikianlah juga sedekah itu mempunyai roh, bayang yang teduh, kebajikan dan keberkatan, mempunyai makanan dan minuman dan mempunyai kebersihan, kesuburan dan pertambahan.
“Siapakah yang ingin mempunyai kebun atau kebajikan yang seperti ini kemudian ia melepaskan (ribut) perbuatan yang membangkit- bangkitkan pemberian dan perkataan yang menyakitkan hati dan memusnahkan kebajikan itu sebagaimana kebun dimusnahkan oleh ribut yang kencang yang mengandungi api.
“Bilakah kebun itu dimusnahkan? Ia dimusnahkan pada waktu tuannya berada dalam keadaan yang paling lemah untuk menyelamatkannya dan paling berkehendak kepada bayang-bayang yang teduh dan hasilnya yang baik”.
Firman Allah SWT: Kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah.
Ibnu Jauzi berkata, ayat ini menggambarkan perumpamaan Allah dengan sebab kerugian ketika ditarik nikmat ketika keperluan yang amat mendesak.
Orang yang dimaksudkan ini terdapat tiga pandangan ulama :
Pertama: Bahawa ia diumpamakan yang disudahi kehidupannya dengan amalan yang tidak baik seperti kata Ibnu Abbas.
Kedua: Bahawa ia diumpamakan seperti orang yang cuai pada ketaatan kepada Allah sehingga mati. Inilah pendapat Mujahid.
Ketiga: Ia diumpamakan seperti orang yang riak dalam nafkah yang terputus manfaatnya ketika ia amat perlu. Inilah pendapat As-Suddi.
Firman Allah SWT: Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.
Ibnu Kathir berkata: “Supaya kamu mengambil iktibar dan memahami segala perumpamaan dan makna dan kamu menurunkannya mengikut apa yang dikehendakinya”.
Iktibar Ayat :
Perumpamaan untuk mendekatkan kefahaman (tentang keikhlasan).
Infak kerana Allah mendapat ganjaran yang besar.
Mengisbatkan sifat Allah yang Maha Melihat.
Khamis, 5 Mei 2011
Bertemu dan Berpisah
Sememangya setiap pertemuan ada perpisahan. Berpegang kepada prinsip rezeki ada dimana-mana dan 1Malaysia adalah segalanya. Satu persatu rakyat Malaysia di Bahrain kembali ketanahair. Phonomena ini yang bermula sejak tahun lepas nampaknya kian menjadi-jadi. Kali ini giliran Hj Wan Tajuddin(no 2 dari kiri-Ex Opus) akan meninggalkan Bahrain pada pertengahan bulan Jun ini setelah berada di Bahrain hampir 4 tahun. Iaitu 3 bulan selepas office matenya, Hj Ir Ramlan menyempurnakan misinya di Bahrain.
Terdahulu daripada itu Hj Ir Ku Adenan juga akan berangkat meninggalkan Bahrain dimana misi utamanya sudah tercapai. Dijangka akan berangkat pada 6 June 11. Beliau akan menyertai Opus-LRT, tahniah- kerana menyertai company lama aku. Office dekat dgn rumah katanya, itu menarik...
Isnin, 4 April 2011
Langgan:
Catatan (Atom)